Makam Pangeran Diponegoro Dipindahkan : Belajarlah Dari Sejarah. Sehari yang lalu saya dikejutkan oleh pernyataan salah satu Ketua Umum partai politik yang juga Calon Presiden Partai tertentu jika terpilih menjadi Presiden tahun 2019 ingin memindahkan beberapa makam pahlawan ke kampung halamannya masing-masing karena dianggap sebagai simbol ketidakadilan yang harus diperbaiki, Beliau juga sedih melihat melihat kondisi makam Pangerang Diponegoro yang tidak terawat, (Kompas.Com) dan mengutip perkataan Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa menghormati jasa para pahlawannya”.
Belajar dari sejarah itu hal yang bijak sebelum bertindak. Berapa banyak bangunan cagar budaya, situs sejarah yang rusak bahkan dihilangkan diganti menjadi mall, pabrik dan sebagainya karena para pemimpin daerah di negeri ini yang tidak mengerti atau belajar dari sejarah. Para pemimpin masih banyak berpikir sesaat yang hanya menguntungkan secara materi.
Baca Juga : Cara Jitu Memotifasi Siswa Belajar
Lalu mengapa kita belajar dari sejarah? sejarah menurut para ahli dapat dikelompokkan, Yang pertama sejarah sebagai suatu peristiwa.Menurut R. Moh. Ali mnyatakan bahwa sejarah sebagai peristiwa adlah kjadian, kenyataan, aktualitas, sejarah in concreto yang sebenarnya peristiwa itu telah terjadi atau berlangsung pada waktu atau masa yang lampau dan mengandung beberapa unsur yang berkesan atau bermanfaat.
Sejarah sebagai peristiwa merupkan suatu kejadian di masa yang telah lewat dan mengandung unsur manfaat. Sejarah merupakan sesuatu yang sudah terjadi, dan sekali jadi (einmalig), tidak bisa diulang. Yang Kedua Sejarah sebagai seni, adalah kebiasaan pada masyarakat tertentu, di waktu tertentu, yg hingga kini masih dilestarikan sebagai pertunjukan dalam masyarakat itu. Yang Ketiga Sejarah sbg ilmu, kejdian masa lmpau yang dikaji dengan metode ilmiah dan disusun secara sistematis sehingga menjadi suatu pengetahuan yang ilmiah.
Baca Juga : Perbedaan Honorer K1, K2 dan Honorer K3
Sedangkan manfaat belajar sejarah menurut I Gede Widya dan Sartono Kartodirjo;(1) guna sebagai inspiratif: sejarah dapat dijadikan ilham / semangat pada generasi muda,(2) guna sebagai edukatif : sejarah memberikan pelajaran dan mendidik agar seseorang bercermin dari peristiwa masa lampau,(3) guna sebagai instruktif:: sejarah dapat memberikan pengetahuan atau ketrampilan tertentu . contoh pengetahuan tentang navigasi/pelayaran nenek moyang,(4)guna sebagai rekreatif : sejarah dapat digunakan sebagai hiburan karena bentuk susunan ,kronologi ,dan alur kisahnya yang dituangkan dalam bahasa indah sehingga pembaca merasa senang /terhibur.
Jika niat pemindahan Makam itu nantinya jadi dilaksanakan justru akan mengurangi nilai orsinilitas historisnya, sejarah sebagai suatu peristiwa. Memindahkan makan Pahlawan ke asal kampung halaman menghidupkan kembali primodialisme/kesukuan dan ini bertentengan dengan nasionalisme. Kalau alasannya makamnya tidak terawat bisa diatasi dengan penambahan anggaran pemeliharaan yang dialokasiakn oleh pemda atau pemintah pusat untuk mem percantikdan memperindah komplek makam. Internalisasi Nasionalisme lebih penting dari sekedar wujud fisik semata. Buat apa membuat bangunan megah kalau tidak dibarengi dengan penanaman nasiolaisme, dan patriotisme yang salah satunya diperoleh dari internalisasi nilai-nilai kepahlawanan